Bukan Orang Kebanyakan
- Annisa Erou
- Oct 8, 2016
- 3 min read

Diambil di: The Louvre, Paris, Perancis oleh Ari Prayitno dalam Kunjungan Tunggalnya
Langit sore menjelang waktu senja pasca hujan memang mengagumkan. Tapi, mungkin kau tidak menganggapnya begitu, ya? Ah, tidak apa-apa. Hujan dan tanah basah memang merupakan candu tersendiri bagiku, entah mengapa.
Mungkin karena aku suka udara dingin. Mungkin karena aku suka langit yang berwarna biru kelabu. Mungkin juga karena langit sore menjelang waktu senja pasca hujan menguarkan aroma kebebasan bagiku. Ah, masuk akal tidak sih menurutmu? Sebagaimana orang-orang lainnya--atau gadis muda lainnya, tepatnya--aku masih merasa bingung ini-itu. Skala besarnya, sih, ya tentu saja soal apa yang akan kulaku setelah lulus belajar hukum. Tak sedikit dari teman-temanku yang mengernyitkan kening ketika mendengar aku tak yakin akan berkarier hukum setelah ini. Pandangan mata mereka pun dengan jelas menyiratkan, "Kau ini untuk apa belajar hukum tinggi-tinggi, lama-lama, susah-susah, kalau ujung-ujungnya tak menjadi ahli hukum? Kau kan sudah memilih untuk belajar disiplin ilmu ini, masa iya kau tidak akan bekerja di bidang ini?" Aku akan balik mengernyitkan kening, tapi mengurungkannya karena merasa hal itu tak begitu sopan untuk dilakukan. Pemikiran seperti itu adalah sesuatu yang wajar meskipun terlalu melimitasi masa depan, bukan? Aku percaya bahwa apa yang mereka sampaikan itu diyakini benar adanya. Tapi, seperti kata Aan Mansyur siang ini di salah satu seminar menulis yang kudatangi, menulis adalah ruang untuk menyampaikan kebenaran, namun orang lain juga bisa menyampaikan kebenaran mereka masing-masing. Berangkat dari perkataan beliau itulah, kupikir tak ada salahnya bagiku menuliskan apa yang kuyakini benar adanya pula. Bukankah hidup ini terlalu sempit, terlalu pendek dan terlalu biasa-biasa saja jika kita hanya mengikutinya dan menjalaninya sebagaimana apa yang dikatakan orang kebanyakan? Bukankah hidup ini terlalu hitam-putih jika kita hanya memandang salah-benar seseorang berdasarkan standar orang kebanyakan? Bukankah hidup ini terlalu menjemukan jika kita hanya bertahan mengarunginya sesuai dengan apa yang diharapkan orang kebanyakan? Oh, percayalah kawanku, aku sudah pernah menjalani hidup yang demikian itu bertahun-tahun yang lalu. Dan seperti itulah nyatanya rasanya menjalani hidup berdasarkan orang kebanyakan.
Terlalu sempit. Terlalu pendek. Terlalu biasa-biasa saja. Terlalu hitam-putih. Dan terlalu menjemukan. Berbekal dari pengalamanku yang sudah seperti cerita lama itulah, sepertinya sudah cukup aku mendedikasikan hidupku untuk orang kebanyakan berdasarkan standar orang kebanyakan. Kau mungkin saja berpikir dan mengatakan,
"Oh Erou, aku menjalankan hidup seperti yang kau bilang 'jalan hidup yang ditentukan orang kebanyakan' itu. Dan apa hasilnya? Aku bahagia-bahagia saja. Aku tidak lantas merasa hidupku terlalu sempit, terlalu pendek, terlalu biasa-biasa saja, terlalu hitam-putih atau terlalu menjemukan." Kau tahu apa jawabanku? "Mungkin saja standar hidupmu kebetulan sama dengan orang kebanyakan itu. Pikiranmu sama dengan orang kebanyakan itu. Sehingga, kau tidak merasa mendedikasikan hidupmu untuk orang kebanyakan tetapi kau merasa mendedikasikan hidupmu untuk dirimu sendiri, yang secara tidak kau sadari memenuhi standar orang kebanyakan. Lalu, apakah lantas itu menjadi dasar yang cukup kuat bagimu untuk menopang keyakinanmu bahwa orang lain yang tidak menjalani hidup seperti dirimu--dan tidak sesuai dengan standar orang kebanyakan--sudah sepatutnya disalahkan?" Kawanku, siapapun kau, darimanapun kau berasal, dimanapun kau berada dan dengan siapapun kau hidup, untuk sebentar saja tolong dengarkanlah aku. Tidak ada yang salah dengan menjadi dirimu sendiri. Sekalipun bagi orang lain kau terlihat dan terdengar salah, pada kenyataannya kau tidak hidup untuk menyenangkan orang kebanyakan. Mungkin saja kau sebenarnya berniat demikian, tapi akuilah bahwa itu adalah hal yang sulit dilakukan. Tidak ada yang salah untuk memperjuangkan kebahagiaanmu. Sekalipun bagi orang lain kau terlihat dan terdengar egois, pada kenyataannya hanya kau sendiri yang bisa dengan pasti mengetahui dan merasakan apa yang membuatmu bahagia dan apa yang tidak. Mungkin saja kau sebenarnya berpendapat untuk membahagiakan orang lain terlebih dahulu, tapi akuilah kau tidak akan pernah bisa dengan pasti mengetahui dan merasakan apa yang membuat orang lain bahagia dan apa yang tidak. Kau hanya bisa mengira-ngira. Tidak ada yang salah dengan memiliki mimpi dan mengejar impianmu. Sekalipun bagi orang lain kau terlihat dan terdengar klise dan terlalu muluk-muluk, pada kenyataannya mimpi tidak menenggelamkanmu, tapi ia justru membangunkanmu. Mungkin saja dalam hati kecilmu, kau setuju dengan kata mereka bahwa besar kemungkinan kau akan terjatuh dan tenggelam. Tapi, yakinlah bahwa besar kemungkinan pula kau akan bangun dan bersinar. Ingatlah, kawanku, Orang kebanyakan itu bukanlah kau. Dan kau bukanlah orang kebanyakan. 24 September 2016 9.28 malam Annisa Erou
Comments