top of page

Kepada Nona Stella Zeehandelaar

  • Writer: Annisa Erou
    Annisa Erou
  • May 14, 2015
  • 2 min read

Sudilah kiranya kita mengenang jasa-jasanya, buah pemikirannya, deru semangat dalam tiap perkataannya, dan semoga Tuhan menjaga ia di dalam surga-Nya yang tenang dan damai.

***

6 November 1899

Akan agama Islam, Stella, tiada boleh kuceritakan. Agama Islam melarang umatnya mempercakapkannya dengan umat agama lain. Lagipula, sebenarnya agamaku agama Islam, hanya karena nenek moyangku beragama Islam. Mana boleh aku cinta dengan agamaku, kalau aku sebenarnya tiada kenal, tiada boleh aku mengenalnya? Quran terlalu suci, tiada boleh diterjemahkan ke dalam bahasa manapun jua. Di sini tiada orang yang tahu bahasa Arab. Orang diajar di sini membaca, tapi tidak diajarkan makna yang dibacanya itu. Sama saja engkau mengajar aku membaca kitab bahasa inggris, aku harus hafal semuanya, sedangkan tiada sepatah kata juapun yang kau terangkan artinya kepadaku. Sekalipun tidak jadi orang saleh, boleh kan jadi orang baik hati, Stella? Dan “hati baik” itulah yang terutama. Agama itu maksudnya akan menurunkan rahmat kepada manusia, supaya ada penghubung silaturrahmi segala makhluk Allah. Sekaliannya kita ini bersaudara, bukan karena kita seibu-sebapak, melainkan oleh karena kita semuanya makhluk kepada seorang Bapak, kepada-Nya, yang bertahta di atas langit. Ya Tuhanku, ada kalanya aku berharap, alangkah baiknya jika tidak ada agama itu, karena agama itu, yang sebenarnya harus mempersatukan semua hamba Allah, sejak dari dahulu-dahulu menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, jadi sebab perkelahian berbunuh-bunuhan yang sangat ngeri dan bengisnya. Orang yang seibu-sebapak berlawanan, karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang esa itu. Orang yang berkasih-kasihan dengan amat sangatnya, dengan amat sedihnya bercerai-cerai. Karena berlainan tempat menyeru Tuhan, Tuhan yang itu juga, terdirilah tembok membatas hati yang berkasih-kasihan. Benarkah agama itu restu bagi manusia, tanyaku kerapkali kepada diriku sendiri dengan bimbang hati. Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu!

***

Sumber :

Indonesian Cultural Heritage. Habis Gelap Terbitlah Terang -R.A Kartini Terjemahan Armijn Pane. Cet ke-27. Jakarta : Balai Pustaka, 2009.

Surat IV oleh Okky Mandasari pada "Membaca Suratnya, Terbitlah Terang" Parade Pembacaan Surat-Surat Kartini, 18 April 2013, Galeri Cipta II TIM Jakarta yang Diselenggarakan oleh : Institut Ungu, Yayasan Muara, Kopdar Budaya, Ardhanary Institute, Komnas Perempuan dan Rutgers WPF via Youtube akun Mutiara Ika https://www.youtube.com/watch?v=4tQtQhcjO5o

Comments


All Rights Reserved. © 2016-2018 by Annisa Erou

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Instagram Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Google+ Icon
  • Grey Pinterest Icon
bottom of page