top of page

Cerita Tujuh Belasan di Pulau-Pulau Tak Berpenghuni

  • Writer: Annisa Erou
    Annisa Erou
  • Aug 28, 2016
  • 4 min read

Diambil di : Pulau Kelor (Kerkhoff), Kepulauan Seribu, Indonesia

Selamat Hari Kemerdekaan!

Yah, sayangnya aku baru bisa memposting tulisan ini jauh setelah Hari Kemerdekaan itu dirayakan. Tapi kuharap kau bisa mengerti, ya, karena kemarin lalu aku masih berhutang untuk menceritakan perjalanan mengejar fajar di Sikunir kepadamu. Jadi, cerita itu kudahulukan.

Nah, aku merayakan Hari Kemerdekaan di tiga pulau yang berbeda yakni Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Ketiganya sama-sama pulau tak berpenghuni yang letaknya tak jauh dari dermaga di Muara Kamal. Untuk perjalanan ini aku menggunakan travel yang berbeda dengan travel yang kugunakan sewaktu pergi ke Dieng. Oleh karena itu, pengalaman yang kudapatkan pun berbeda pula.

Pada saat menyebrang dari dermaga ke Pulau Kelor, aku menyadari ternyata aku merindukan laut juga setelah kemarin lalu itu pergi jauh-jauh ke gunung.

Oh ya, sebelum terlanjur lupa--kau ingat, kan, aku adalah pelupa akut--akan kukatakan dengan siapa aku pergi berjalan-jalan kali ini. Aku tidak mengajak teman seperjalananku yang kuajak pergi ke Dieng itu, karena ia pikir acara ini akan berdekatan dengan jadwal ujian akhir di semester pendeknya. Jadi, sebagai gantinya aku mengajak adik dan ayahku.

Pulau Kelor adalah pulau kesukaanku dari ketiga pulau yang kami kunjungi hari ini. Terlepas dari fakta bahwa pulau itu semakin siang semakin panas dan ramai pengunjung, Pulau Kelor merupakan tipe pulau dengan pantai yang lumayan oke bagi kita yang suka berlama-lama merendamkan kaki di sela-sela deburan ombak sambil bermain pasir. Nah, kalau kau sama narsisnya dengan aku, kau juga akan menyukai pulau ini karena kau bisa mengambil foto dengan berbagai macam gaya di berbagai sudut Benteng Martello.

Untuk Pulau Onrust dan Pulau Cipir sendiri, menurutku, kalau diibaratkan dengan buku, mereka itu berbeda genre dengan Pulau Kelor. Pulau Onrust dan Pulau Cipir lebih tergolong sebagai historical islands; kau akan menemui museum, reruntuhan barak penampungan haji dan kuburan Belanda serta bangunan-bangunan tua di sana. Sedangkan Pulau Kelor lebih berkesan 'beachy'. Yah, meskipun di Pulau Kelor ada sisa-sisa sejarah juga seperti Benteng Martello, tapi kesan historikalnya itu tidak sekental dua pulau lainnya. Menurutku sih seperti itu, ya.

Mungkin kalau gaya memotretmu adalah gaya fotografi hitam-putih berkesan klasik, kau akan lebih cocok datang ke Pulau Onrust dan Pulau Cipir. Kalau aku sih, seperti yang sudah kukatakan tadi, sebagai glampacker sejati, aku lebih menyukai Pulau Kelor karena disana itu kita bisa berfoto-foto sampai puas. Mau bergaya dengan Outfit of the Day? Bisa. Mau berpose dengan Outfit of the Week? Tidak masalah--asalkan siap dengan baju-baju kece!

Tapi, kalau memang mengingat hari ini adalah Hari Kemerdekaan, lumayan cocok juga sih mengunjungi historical islands seperti Pulau Onrust dan Pulau Cipir. Kita jadi bisa tahu bahwa dulu Pulau Onrust merupakan tempat penampungan calon jemaah haji yang akan berbulan-bulan mengarungi laut untuk sampai di Tanah Suci dan sekembalinya mereka ke Tanah Air, mereka akan disambut di Pulau Cipir. Sayangnya, barak-barak penampungan calon jemaah haji itu terbatas sehingga sekitar 100 orang harus muat dalam satu barak. Sedih, ya, membayangkannya?

Nah, sekarang aku akan menceritakan sedikit pendapatku mengenai travel yang kupakai. Untuk perjalanan ke Dieng kemarin, aku menggunakan Tripacker. Sedangkan untuk perjalanan ini, aku menggunakan Kili-Kili Adventure. Keduanya sama-sama backpacking travel yang tentunya sama-sama mengakomodir kebutuhan dan keinginan para backpackers untuk berjalan-jalan mengelilingi destinasi wisata di Indonesia dengan budget pas-pasan. Abaikan saja fakta bahwa aku bukan backpacker murni--seperti yang sudah sempat kusinggung di atas, aku ini lebih cocok disebut glampacker--mungkin lain kali saja akan kutuliskan mengenai perihal backpacker-glampacker ini.

Kili-Kili Adventure punya slogan 'Datang Gak Kenal, Pulang Jadi Saudara'. Jadi, di setiap perjalanan yang dilakukannya, akan selalu ada semacam sesi perkenalan atau silaturahmi. Sedangkan Tripacker tidak--atau setidaknya, perjalanan ke Dieng dengan Tripacker kemarin sih tidak ada sesi semacam itu. Dalam perjalanan yang kuikuti hari ini, karena aku melakukannya bersama Kili-Kili Adventure, tentu saja ada sesi perkenalan/silaturahmi dan fun games.

Begini, akan kutuliskan pendapatku mengenai kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan diadakannya sesi semacam itu oleh Kili-Kili Adventure adalah adanya kesempatan bagi kita--sesama anggota perjalanan--untuk mengenal satu sama lain, jadi kita tidak seperti pergi bersama orang asing yang kita tidak tahu namanya bahkan lupa-lupa ingat wajahnya. Inilah yang menjadi kekurangan Tripacker dengan tidak mengadakan sesi tersebut. Namun, kebalikannya yakni kekurangannya diadakan sesi semacam itu adalah terlalu banyak basa-basi dan waktu yang terbuang. Akibatnya, kita jadi tidak begitu maksimal memanfaatkan potensi objek wisata. Sudah begitu, games-nya juga terlalu banyak dan terkesan 'maksa'. Ketika games-nya itu diadakan, bahkan aku kontan berpikir, wah seandainya pada perjalanan ke Dieng kemarin ada sesi seperti ini, belum tentu aku akan menunjukan minat yang sama kepada si cowok Conor Maynard KW seperti pada saat itu. Bisa saja aku malah jadi 'ilfeel' kepadanya ataupun begitu pula sebaliknya. Nah, itulah yang menjadi kekurangan bagi Kili-Kili Adventure sekaligus merupakan kelebihan tidak diadakannya sesi yang demikian itu oleh Tripacker.

Sebenarnya, intinya kembali kepada dirimu sendiri sih, kawan. Kau adalah tipe pelaku perjalanan yang seperti apa? Kalau seperti aku ini yang maniak foto dan doyan jalan namun tidak begitu suka bersosialisasi, mungkin kau akan lebih cocok pergi bersama backpacking travel seperti Tripacker itu. Tapi, kalau kau seperti orangtuaku yang suka mengobrol dan bergaul serta tidak ada hambatan bersosialisasi, mungkin kau akan lebih cocok pergi bersama travel yang mengedepankan sisi kekeluargaan seperti Kili-Kili Adventure.

Demikianlah kisahku kali ini. Maaf, ya, tidak begitu panjang dan malah memberi review singkat mengenai backpacking travels. Siapa tahu saja kau ingin berjalan-jalan dalam waktu dekat. Mungkin, kita bisa melakukannya bersama-sama dan menjadi teman seperjalanan?

Masih kelelahan pasca perayaan kemerdekaan di pulau-pulau tak berpenghuni,

17 Agustus 2016 8.58 malam

Annisa Erou

Comments


All Rights Reserved. © 2016-2018 by Annisa Erou

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Instagram Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Google+ Icon
  • Grey Pinterest Icon
bottom of page