Perjalanan Tunggal ke Negeri Seberang
- Annisa Erou
- Jul 30, 2016
- 3 min read

Photo taken at : The Helix Bridge, Singapore
Beberapa tahun lalu yang masih amat segar dalam ingatan, aku melakukan perjalanan tunggal ke negeri seberang, kawan. Kala itu ayahku melanjutkan studinya di sana dan sebagai hadiah ulang tahunku, aku diizinkan untuk melakukan perjalanan tunggal mengelilingi negara itu. Meskipun tidak sehebat para pengelana asli yang melakukan perjalanan tunggal mereka dari satu negara ke negara lainnya, tapi kisahku ini menjadi alasan betapa aku ingin melakukan perjalanan tunggal lagi--meskipun hingga saat ini ditulis, belum ada kesempatan lagi bagiku untuk melakukannya.
Perjalanan tunggalku itu berlangsung sekitar satu minggu dan aku tinggal di apartemen ayahku. Karena ia sedang melanjutkan studi penelitian, maka setiap harinya kami selalu berpisah jalan di stasiun kereta--ia ke kantor penelitiannya, sedangkan aku ke tempat-tempat yang sudah kujadwalkan untuk didatangi--dan baru bertemu lagi malam harinya ketika hendak beranjak tidur. Pada saat itu, tidak seperti sekarang ini, aku masih belum bisa menyusun jadwal perjalanan dengan baik sehingga cukup banyak waktuku yang terbuang karena terlalu banyak bersantai di apartemen.
Perjalanan tunggal--atau solo travel, sebagaimana yang orang-orang asing itu katakan--kawanku, sungguh berbeda dengan apa yang sebelumnya kubayangkan. Aku ingat sekali, sebelum berangkat, aku ketakutan setengah mati dan mengatakan ketakutan-ketakutan itu kepada ibuku. Kau tahu apa yang ia katakan? Ia bilang semua akan baik-baik saja, lagipula kalaupun tidak baik-baik saja, aku punya mulut, aku bisa berbahasa Inggris dan aku bisa bertanya pada orang-orang yang ada disana, lalu apa masalahnya? Kira-kira begitulah katanya. Aku hampir mendengus mendengarnya—jelas saja, mudah sekali ibuku bilang begitu. Ia kan sudah mandiri sejak muda! Tapi kupikir, ya sudah lah, daripada tidak ada yang menyenangkan sama sekali di waktu ulang tahunku, bukan?
Aduh, ternyata, kawan, memang semuanya baik-baik saja!
Perjalanan tunggal itu sebenarnya lebih kepada perjalanan untuk mengenal dirimu sendiri. Ah, kau tentunya sudah tahu, bukan? Kau kan juga baru saja melakukan perjalanan tunggal! Tapi, tidak apa-apa mungkin selain dirimu, banyak kawan-kawan kita yang belum pernah melakukannya dan ingin tahu. Perjalanan tunggal itu adalah perjalanan untuk mengasah kemampuanmu dan mempergunakan pengetahuanmu, bukankah begitu?
Berbeda dengan perjalanan yang biasanya dilakukan dengan keluargamu, temanmu, ataupun kekasihmu, perjalanan tunggal hanya dapat kau lakukan sendirian, jadi teknisnya kau melakukannya hanya bersama dirimu sendiri. Kau akan menemui ketakutan-ketakutan pada awalnya maupun pada saat menjalaninya, tapi kau akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan pada akhirnya.
Sisi baiknya, kau bisa melakukannya sesuka hatimu. Kau bisa pergi mengunjungi tempat-tempat yang ingin kau kunjungi tanpa harus berdiskusi dan berkompromi dengan teman seperjalananmu. Kau bisa melakukannya dengan caramu--dengan gayamu. Kekurangannya, mungkin kau akan merasa sedikit kesepian, tapi percayalah, jika kau benar-benar membuka mata dan hatimu untuk meresapi perjalanan itu, kau tidak akan kesepian.
Kukatakan seperti itu karena kau akan sadar bahwa ada begitu banyak sekali hal-hal indah dan menarik yang bisa kau lihat sehingga kau tidak akan berpaling. Kau akan menemukan kesulitan-kesulitan yang membuatmu sedikit panik tentu saja, tapi kau kemudian akan sadar bahwa orang-orang di sekelilingmu sebenarnya adalah saudara-saudaramu dan mereka tidak akan berkeberatan membantu sepanjang kau mau meminta pertolongan mereka. Jika pun perjalanan tunggal yang kau lakukan mengantarkanmu hingga berada di tempat yang membuatmu seolah-olah bisu karena bahasa asing yang mereka pergunakan tidak kau mengerti, kau akan tetap sadar bahwa pada akhirnya ada satu bahasa universal yang selalu dimengerti semua orang--senyumanmu. Maka kau tak akan berhenti tersenyum.
Perjalanan tunggal itu membuatmu menerima dirimu sendiri, kawan, tapi lebih dari itu, perjalanan tunggal itu membuatmu menerima, memahami, dan menghargai saudara-saudaramu yaitu orang-orang yang kau temui di sana dan orang-orang lainnya sebagai penduduk dunia yang akan kau temui selanjutnya.
Jadi, kalau masih ada orang yang mengatakan kepadamu bahwa perjalanan tunggal itu menakutkan, ya, mungkin memang benar demikian pada awalnya. Tetapi, percayalah, kau tidak akan takut setelah menyadari perjalanan seindah apa yang bisa kau lakukan dan kau bagi dengan dirimu sendiri. Kau tidak akan takut setelah pada akhirnya kembali pulang dan menyadari bahwa kekayaanmu bertambah. Tidak dengan uang tentu saja, karena uangmu pasti akan habis, tetapi dengan pengalaman berharga yang sekian lama akan patut dikenang.
Untuk perjalanan tunggal yang selanjutnya,
Dan untuk para pengelana tunggal lainnya,
Kalau kita bertahan pada rasa takut, kita tidak akan mengenal dunia.
Selasa, 26 Juli 2016 3.08 sore
Annisa Erou
ความคิดเห็น